Rabu, 09 Mei 2012

Model Jaringan Hierarki pada Lan (Local Area Network)

Model Jaringan Hierarki
  • Access Layer ( berhubungan langsung dengan end device, layer paling bawah)
  • Distribution Layer (menjembatani/menghubungkan antara access layer dengan core layer, biasanya berupa sekumpulan switch/hub menggunakan model VLAN, layer ada di tengah)
  • Core Layer (layer backbone berkecepatan tinggi, merupakan layer yang mampu menyebarkan jaringan internetwork menjadi bagian yang lebih kecil, layer tertinggi)
Pada jaringan yang kecil/sederhana, distribution layer dan core layer digabung.







Keuntungan Jaringan Hierarki
  • Scalability : jaringan hierarki dapat diperluas/dikembangkan secara lebih mudah
  • Redundancy : menjamin ketersediaan jalur pada level core dan distribution
  • Performance :  performa switch pada layer core dan distribution leih handal (link aggregation)
  • Security : port keamanan pada level access dan aturan pada level distribution membuat jaringan lebih aman
  • Manageability : konsistensi antar switch pada tiap level membuat manajemen menjadi lebih mudah
  • Maintainability : modularitas desain hirarki mengijinkan jaringan dibagi-bagi tanpa menambah kerumitan
Prinsip Desain Jaringan Hierarki
  • Network Diameter : jumlah switch dalam suatu jalur pengiriman antara dua titik device
  • Bandwidth Aggregation : bagaimana mengimplementasikan kombinasi beberapa jalur diantara dua switch ke dalam satu logical link
  • Redundant Links : digunakan untuk menjamin ketersediaan jaringan melalui beberapa jalur yang mungkin
Suatu jaringan yang konvergen (Converged Network) merupakan usaha pembagian jaringan berdasarkan tipe datanya untuk mengoptimalkan trafik jaringan, misalnya Voice Network, Video Network, dan Data Network.
Penggunaan switch pada jaringan hierarki bertujuan untuk mengelompokkan dan membagi jalur pengiriman data. Misal suatu perusahaan terbagi atas jaringan untuk departemen HR, Keuangan, dan Data Center.
ACCESS Layer Features
  • Port keamanan
  • VLANs
  • Fast Ethernet/Gigabit Ethernet
  • Power over Ethernet (PoE)
  • Link aggregation
  • Quality of Service (QoS)
DISTRIBUTION Layer Features
  • Layer 3 Support
  • High forwarding rate
  • Gigabit Ethernet/10Gigabit Ethernet
  • Redundant components
  • Security policies/Access Control Lists
  • Link Aggregation
  • QoS
CORE Layer Features
  • Layer 3 Support
  • Very high forwarding rate
  • Gigabit Ethernet/10Gigabit Ethernet
  • Redundant components
  • Link Aggregation
  • QoS

Referensi Model Jaringan


Referensi Model Jaringan, merupakan salah satu konsep dari jaringan komputer yang mesti dipahami agar kita mengetahui proses bagaimana data dikirim dalam jaringan komputer yang satu ke jaringan komputer yang lain. Kita mungkin tahu bahwa data yang dikirimkan melalui jaringan komputer membutuhkan proses yang bertahap-tahap hingga data tersebut selesai sampai ke tujuan. Dalam proses ini, referensi model jaringan yang berperan mengatur dan membagi menjadi beberapa lapisan untuk menjelaskan cara kerja (proses) suatu jaringan komputer. Saat informasi diolah menjadi data-data, lalu diolah lagi menjadi segmen-segmen, lalu menjadi paket-paket, kemudian menjadi frame dan terakhir menjadi sebuah bit yang dikirimkan melalui kabel jaringan guna sampai ke tujuannya.


Referensi model jaringan yang sering digunakan adalah Open System Interconnection (OSI), yang diperkenalkan oleh International Standard Organisation (ISO). Referensi model jaringan OSI membagi jaringan komputer menjadi 7 lapisan, setiap lapisan hanya mengatur beberapa layanan dan protocol yang dapat bekerja pada tiap lapisan agar mempermudah pembuatan program untuk jaringan sehingga rapih dan tidak berantakan serta sulit didefinisikan. Berikut penjelasannya :

Lapisan 1 (Lapisan Physical), pada lapisan ini proses pengiriman data berbentuk binary. Pada lapisan ini pula semua spesifikasi yang berkaitan dengan cara menghubungkan kebel jaringan ditentukan dan dipakai seperti pada gelombang radio dan sinar inframerah. Beberapa spesifikasi lain adalah 10BaseT, 100BaseTX, 100Base-FX, HSSI, V.35, X.21 dan lain-lain.

Lapisan 2 (Lapisan Data Link), pada lapisan ini semua peralatan yang berkaitan dengan jaringan mempunyai sebuah tanda pengenal atau alamat hardware yang diatur oleh lapisan bawah (sublayer) yang dinamakan Media Access Control (MAC). Pada lapisan ini, data yang dikirimkan berbentuk frame yang berisi dari alamat hardware tujuan dan alamat hardware asal pengiriman. Alamat-alamat tersebut diatur oleh sebuah switch. Protocol-protocol yang dapat bekerja pada lapisan ini adalah protocol Ethernet, Token Ring, FDDI, dan ATM.

Lapisan 3 (Lapisan Network), pengiriman data ke jaringan yang berbeda dan mempunyai jarak yang cukup berjauhan diatur oleh lapisan ini. Pada lapisan ini terdapat konsep alamat logika yaitu alamat yang ada pada peralatan jaringan yang diatur oleh administrator jaringan. Alamat logika inilah yang sering disebut IP Address. Data yang dikirimkan pada lapisan ini berbentuk paket yang berisi inforamasi alamat logika tujuan pengirim dan alamat asal pengiriman. Router merupakan alat yang mengatur alamat logika tersebut agar sampai ke tujuan pengiriman. Pada lapisan ini juga dapat memeriksa topologi jaringan dan menentukan jalur terbaik dalam mengirimkan paket-paket data tersebut. Protocol-protocol yang dapat bekerja pada lapisan ini adalah IP, IPX, ARP, RARP, ICMP, RIP, OSFT, dan BGP.

Lapisan 4 (Lapisan Transport), sesuai dengan namanya yaitu transport, lapisan ini berfungsi untuk menjaga dan memelihara proses transper data dari komputer satu ke komputer lain. Terdapat konsep acknowledge yaitu pemberian tanda kirim saat data mulai dikirim dan tanda terima saat data telah diterima dengan baik. Data yang dikirimkan pada lapisan ini berbentuk segmen dan protocol yang bekerja pada lapisan ini antara lain, TCP, UDP, dan SPX.

Lapisan 5 (Lapisan Session), lapisan ini berfungsi mengkoordinasikan agar berbagai sistem pada jaringan dapat saling berkomunikasi dengan baik. Lapisan session mengatur sinkronisasi pertukaran data diantara aplikasi. Protocol yang bekerja pada lapisan ini adalah NetBEUI, RPC, X WINDOWS, dan SQL.

Lapisan 6 (Lapisan Presentation), beragam tipe data berkumpul pada lapisan ini, seperti berupa tipe data teks maupun gambar yang akan diproses atau diubah ke format-format lain yang dibutuhkan pada lapisan yang dibawahnya. Proses enkripsi dan kompresi data mulai dilakukan pada lapisan ini. Protocol yang dapat bekerja pada lapisan ini adalah ASCII, EBCDIC, MIDI, MPEG, TIFF, PICT, dan Quick Time.

Lapisan 7 (Lapisan Application), pada lapisan ini dapat melakukan layanan aplikasi langsung seperti menggunakan email, file transper, dan akses ke database. Pada aplikasi Client-Server, aplikasi Client dapat bekerja pada lapisan ini untuk berkomunikasi dengan lapisan bawah. Protocol yang dapat bekerja pada lapisan ini adalah FTP, SMTP, telnet dan lain-lain.

Selain Referensi Model Jaringan OSI terdapat pula Referensi lain yaitu Referensi Model Jaringan DoD (Department of Defense) yang berdasarkan konsep TCP/IP yang merupakan darsar dari hubungan internet.

Referensi Model Jaringan DoD dibagi pula menjadi beberapa lapisan agar memudahkan dalam mengidentifikasikan penggunaan. Model DoD dibagi menjadi 4 lapisan yaitu :

Lapisan Proses/Application, pada lapisan ini protocol yang dapat bekerja adalah Telnet, FTP, SMTP, Kerberos, DNS, TFTP, SNMP, NFS, X WINDOWS.

Lapisan Host to Host, protocol yang bekerja pada lapisan ini adalah UDP dan TCP

Lapisan Internet, protocol yang bekerja pada lapisan ini adalah IP, ARP, RARP, ICMP dll

Lapisan Access, protocol yang bekerja pada lapisan ini adalah Ethernet, Token Ring, FDDI

Kalau kita perhatikan tiap lapisan Model DoD ini, maka akan terlihat bahwa model DoD merupakan gabungan dari lapisan Model OSI.

Lapisan DoD Network Access merupakan gabungan lapisan OSI Physical dan Data Link. Lapisan DoD Internet sama dengan lapisan OSI Network. Lapisan DoD Host to Host mirip dengan lapisan OSI Transport. Dan Lapisan DoD Proses/Application merupakan gabungan dari lapisan OSI Session, Presentation, dan Application.

Senin, 23 April 2012

BEP (BREAK EVEN POINT)

1. Pengertian Break Even Point

Break Even point atau BEP (titik impas) adalah suatu kondisi dimana jumlah pendapatan dan jumlah pengeluaran adalah seimbang, sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

2. Anggapan- anggapan dan Keterbatasan Analisa Break Even Point (BEP)

Konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut:

1 Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
2 Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3 Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4 Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
5 Mungkin diantara anggapan –anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah “bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.

3. Manfaat BEP

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

1 Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2 Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3 Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4 Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Menurut Sutrisno analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi menejemen antara lain :

1 Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu
2 Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break Even atau dalam gambar Break Even .
3 Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break Even dan laba yang ditargetkan.
4 Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dilakukan seorang manager suatu perusahaan.

Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan, kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba adalah sebagai berikut :

1 BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
2 BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.
3 BEP bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga penjualan dan peralatan.
4 BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

4. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

5. Rumus dan Contoh Soal BEP

Secara umum perhitungan BEP adalah menyamakan nilai Total Pendapatan (TR) dan Nilai Total Biaya (TC).

1. Nilai Total Pendapatan (TR= total revenue) adalah merupakan jumlah uang yang diterima dari penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang (Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR = P x Q (1) , dimana TR adalah total revenue (total Pendapatan ) , P adalah Harga jual produk dan Q adalah jumlah barang.

2. Nilai Total Biaya(TC=Total Cost) adalah merupakan jumlah biaya total yang diperlukan untuk suatu produk. Total biaya adalah merupakan jumlah dari biaya Tetap (Fixced Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost). Biaya tetap adalah merupakan jumlah dari komponen biaya yang jumlahnya relative tetap pada setiap periode, baik periode bulan atau tahun. Biaya Variabel adala komponen biaya yang jumlahnya bervariasi tergantung pada jumlah barang yang diproduksi. Jadi jika dirumuskan maka
TC = FC + V.Q (2); Dimana TC adalah total biaya, FC adalah biaya tetap dan V adalah biaya Variabel dan Q adalah jumlah barang
Break event point didapatakan ketika jumlah Pendapatan sama dengan jumlah Biaya, atau TR= TC. Jika persamaan 1 dan 2 dimasukan maka P.Q = FC+V.Q ; Q(P-V)=FC ; dan Q = FC/(P-V). dimana Q adalah jumlah barang , FC adalah biaya tetap , V adalah biaya Variabel dan P adalah harga barang.

Dalam aplikasi bisnis maka rumusan diatas sudah dapat memberikan gambaran umum perhitungan BEP , tetapi belum dapat langsung untuk diterapkan. Sebagai contoh dalam menentukan biaya tetap, maka harus dilakukan break down lagi , komponen biaya apakah yang dapat dimasukan ke dalam golongan Biaya tetap. Begitu pula ketika menetukan biaya variable yang merupakan biaya yang langsung berhubungan dengan biaya produksi. Diperlukan analisa yang detail dan cermat untuk menentukan komponen masing-masing biaya. Hal ini juga dikarenakan komponen biaya pada masing masing produk adalah berbeda beda.

Sebagai contoh ilustrasi adalah menghitung break event point untuk usaha Penjualan Roti Donat, maka komponen biaya tetap dan biaya variable dapat dikelompokan sebagai berikut:

Biaya Variabel :
Tepung terigu : Rp. 1.000
Telor : Rp. 500
Mentega : Rp. 500
Vanili : Rp. 500
Gula : Rp. 1.000
Fermipan/ragi roti : Rp. 1.000
Mesis coklat : Rp. 1.000
Minyak goreng : Rp. 1.000
LPG : Rp. 1.000 +
_______________
Total : Rp. 7.500
Provit : Rp. 1.000
Harga per biji : Rp. 8.500

Biaya Tetap :
PDAM : Rp. 20.000
Listrik : Rp. 30.000
Gaji : Rp. 300.000
Peralatan : Rp. 50.000
Sewa Tempat : Rp. 100.000 +
_________________
Total Rp. 500.000
TR = Tc
P.Q = FC + VQ
8.500 Q = 500.000 + 7.500 Q
8.500 Q – 7.500 Q = 500.000
1.000 Q = 500.000
Q = 500 per biji

6. Keterbatasan Sistem Break Even Point

Menurut Mulyadi Keterbatasan system break even point adalah sebagai berikut :

1 Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
2 Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
3 Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4 Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.


Sumber :
- http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/2011/10/10/analisis-pulang-pokok-break-event-point-bep/
- http://www.kamusekonomi.com/bep-break-even-point.html
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/BEP.pdf
- http://andicarissa.wordpress.com/2011/12/21/break-even-point-bep-sebagai-dasar-perencanaan-laba/

Selasa, 03 April 2012

Budget Kas

ESTIMASI BUDGET KAS

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas, oleh karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu perusahaan. Kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut sebenarnya selain untuk menghasilkan kas, juga menggunakan kas tersebut, termasuk diantaranya untuk pembelian bahan mentah, pembayaran utang yang telah jatuh tempo, pembayaran gaji karyawan, pengeluaran untuk biaya- biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya iklan, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran biaya lainnya atau dapat dikatakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari – hari. Keputusan dari manajemen dalam menyimpan uang kas, baik disimpan di perusahaan maupun di bank bertujuan untuk membiayai kegiatan operasionalnya pada saat ini untuk memperoleh uang yang akan dibayarkan di masa mendatang. Kas akan berguna dan produktif apabila kas tersebut dikeluarkan untuk digunakan membiayai kegiatan opersionalnya. Begitu diputuskan untuk digunakan, perusahaan berharap bahwa kapasitas perusahaan yang diciptakan dengan pengeluaran tersebut bisa dirasakan hari ini, sebulan, setahun mendatang.

Salah satu rencana kegiatan yang dibuat oleh manajemen dalam upaya menentukan kas minimal ini ialah dengan menyusun Anggaran Kas (Cash Budget) adalah gambaran seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang pada rencana-rencana keuangan perusahaan yang dapat mengestimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang, atau kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan bagian dari Financial planning. Budget kas dapat ditentukan kapan dan beberapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan serta jangka waktu kreditnya, kapan dan berapa besarnya angsuran kredit dapat dilakukan kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasi perusahaan.

Bambang Riyanto (1996 : 97) menyatakan bahwa cash budget adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang akan datang.
Sedangkan menurut Erich a. Helfert (1997 : 128 ) menyatakan bahwa anggaran kas adalah sarana perencanaan bulan demi bulan atau minggu demi minggu yang sangat spesifik, biasanya disusun oleh staf keuangan suatu perusahaan.
M. Munandar (2001 : 311) mengemukakan bahwa cash budget adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan dating, baik perubahan yang berupa pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.
Dari ketiga pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cash budget adalah suatu perencanaan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk mengetahui kapan akan terjadi surplus dan deficit untuk suatu periode yang akan datang.

Cash Budget dapat membantu manajemen di dalam mengatasi perubahan- perubahan yang dapat mempengaruhi posisi kas yang mungkin membahayakan kredit kas yang beredar. Oleh karena itu, penyusunan Cash Budget bagi perusahaan cukup penting guna menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Makin besar jumlah kas dalam perusahaan artinya perusahaan tersebut semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Dengan Cash Budget pula akan dapat diketahui apabila terdapat perbedaan di dalam waktu dan volume aliran kas masuk (Cash Inflow) dan aliran kas keluar (Cash Outfow) yang dapat menimbulkan kesulitan, karena hal ini berpengaruh terhadap besarnya uang kas yang tertahan di dalam perusahaan.

Tahap-tahap penyusunan Budget Kas :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan (Operating Transaction). Pada tahap ini akan diketahui apakah surplus atau defisit.
2. Menyusun perkiraan kebutuhan dana serta sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutup defisit. Serta disusun estimasi pembayaran bunga maupun angsuran baik jumlah maupun waktunya (Finacial Transaction).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan baik transaksi operasionil maupun transaksi finansiil dalam Budget final (gabungan).

Menurut Riyanto (1980:90), tahap-tahap dalam penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan, transaksi-transaksi disini merupakan operasi (operation transaction) pada tahun ini dapat diketahui adanya defisit/surplus karena rencana operasi perusahaan.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang operasi perusahaan juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayaran kembali, transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi finansial (financial transactions)
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial, dan anggaran kas yang final merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas secara keseluruhan.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di dalam menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup defisit tersebut diperlukan suatu transaksi keuangan.

Masukan kunci dari Budget kas adalah ramalan penjualan atau sales forecast yang diberikan oleh bagian penjualan. Berdasarkan ramalan tersebut disusunlah estimasi cash flow bulanan.

Kegunaan Budget Kas bagi perusahaan adalah (Alwi,1993) adalah:
a. Dapat dipergunakan untuk mengantisipasi kebutuhan dana karena defisit atau surplus.
b. Dapat dipergunakan untuk mencapai target dan mengukur keberhasilan.
c. Dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
d. kegiatan.

Penyusunan anggaran merupakan proses yang dilakukan untuk menyusun budget untuk jangka waktu tertentu, umumnya untuk jangka waktu mingguan, bulanan, tahunan atau jangka waktu tertentu.

Penyusunan anggaran sebagai alat bantu manajemen, maka dapat dijadikan pedoman bagi pihak manajemen dalam melaksanakankegiatan operasional perusahaan.

Maksud dari penyusunan budget kas
- Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaan
- Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasinya perusahaan
- Saat-saat kapan kredit dibayar kembali

Budget kas dapat disusun untuk jangka waktu satu tahun yang dibagi dalam interval tertentu seperti bulan, kwartalan, atau enam bulan yang terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan tunai, piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, deviden, hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan lain-lain.
b. Estimasi pengeluaran kas yang dipergunakan untuk pembelian bahan mentah, pembayaran gaji/upah karyawan, pembayaran hutang-hutang, biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga, pembayaran deviden, premi asuransi, pajak, pembelian aktiva tetap, dan biaya-biaya lain.
Salah satu anggaran yang penting dibuat oleh setiap perusahaan adalah penyusunan Anggaran Kas (Cash Budget) berikut pengertian Cash Budget antara lain :

“Budget Kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang”
(1998;97)

Penyusunan Anggaran Kas (Cash Budget) bagi perusahaan sangatlah penting artinya bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun angggaran kas (Cash Budget) dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas.

Pada dasarnya anggaran kas (Cash Budget) dapat dibedakan menjadi 2 bagian :
a) Bagian pertama berupa estimasi penerimaan kas yang terdiri dari penerimaan operasional dan penerimaan non operasional.
b) Bagian kedua berupa estimasi pengeluaran kas yang antara lain terdiri dari pengeluaran operasional dan pengeluaran non operasional.


Sumber:

- Adolphino Nainggolan SE,MSI. Analisa laporan keuangan. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB
- http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063181-pengertian-cash-budget-anggaran-kas/#ixzz1oVCEUEgf
- jbptunikompp-gdl-s1-2004-irmarahmay-612-BAB+I+SK-I

Analisa Sumber Penggunaan Kas

ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

Analisis terakhir yang dilakukan adalah mengetahui perubahan-perubahan pada masing-masing pos Laporan Keuangan dua periode dengan menyusun Laporan Perubahan Posisi Kas (Cash Flow Statement) atau Laporan Sumber dan Penggunaan Kas, yaitu laporan yang menunjukkan perubahan kas selama dua periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Laporan sumber dan penggunaan kas juga menunjukkan darimana uang kas diterima dan digunakan untuk apa saja uang kas yang telah/ akan diterima dalam periode tersebut. laporan perubahan kas merupakan ringkasan transaksi keuangan yang berhubungan dengan kas tanpa memperhatikan hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh maupun biaya-biaya yang terjadi. Perlu diperhatikan bahwa sumber kas tidak hanya dari operasi tetapi masih banyak sumber penerimaan kas lainnya, begitu pula penggunaannya tidak hanya untuk membiayai operasi. Oleh karena itu, laporan sumber dan penggunaan kas (laporan penggunaan kas) sifatnya atau scopenya lebih luas dari pada laporan laba rugi baik yang penyusunannya berdasarkan cash basis maupun accruals basis.
 
Dengan menggunakan analisis ini dapat diketahui :

1. Berapa besar kenaikan atau penurunan dari pos-pos aktiva;
2. Mengetahui darimana kas diperoleh untuk membiayai kenaikan aktiva tersebut bila terjadi kenaikan aktiva, dan kemana larinya kas tersebut bila terjadi penurunan aktiva;
3. Analisis ini juga merupakan dasar yang baik untuk melakukan strukturisasi pinjaman (loan structuring).
 
1) Sumber Kas

Kas merupakan unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Namun, apabila perusahaan memiliki kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Penerima dan pengeluaran suatu perusahaan ada yang bersifat rutin dan terus-menerus dan ada pula yang bersifat insidentil atau tidak terus-menerus.

Sumber kas berasal dari :

1. Berkurangnya Aktiva Lancar selain Kas;
Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
2. Berkurangnya Aktiva Tetap;
Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana serta berkurangnya aktiva tetap neto berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan
3. Bertambahnya setiap jenis Utang;
Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
4. Bertambahnya Modal;
Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
5. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan;
Keuntungan dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan.
6. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
7. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

2) Penggunaan Kas

Penggunaan kas terjadi bila :

1. Bertambahnya Aktiva Lancar selain Kas;
Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Bertambahnya Aktiva Tetap;
Pembelian aktiva tetap lainnya, bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana.
3. Berkurangnya setiap jenis Utang;
Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
4. Berkurangnya Modal;
Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
5. Pembayaran cash devidend (deviden tunai);
Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
6. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan.
Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.
7. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.

Setiap aktiva harus dibiayai (baik oleh Utang maupun Modal sendiri). Dengan demikian, bila terjadi kenaikan aktiva, itu sama dengan penggunaan kas karena kita harus mencari dana untuk membiayai aktiva tersebut. Misalnya kita membeli mesin baru (Aktiva bertambah), kita harus mencari dana untuk membiayai pembelian mesin tersebut. Sebaliknya, bila aktiva menurun, itu merupakan sumber kas. Misalnya kita menjual mobil, maka hasil penjualan mobil merupakan dana masuk.
Begitu pun pada sisi Utang dan Modal. Bila terjadi kenaikan pada golongan ini, itu sama dengan sumber dana. Misalnya bila ada perusahaan memperoleh pinjaman baru, itu sama dengan perusahaan memperoleh sumber dana baru (sumber kas). Bila Utang atau Modal turun, itu sama dengan penggunaan dana. Misalnya utang bank dicicil, maka dibutuhkan dana untuk mencicilnya (penggunaan kas).

Langkah-langkah menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana :

1) Menyusun laporan perubahan neraca, yang menggambarkan perubahan masing-masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau tahunan)
2) Mengelompokkan perubahan-perubahan dalam golongan perubahan yang memperbesar / memperkecil kas
3) Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi dan laba (laporan laba ditahan) ke dalam golongan yang memperbesar/ memperkecil kas
4) Mengadakan konsolidasi dari semua informasi ke dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dana

Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas yang dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).

Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut:

a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.


Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahaan atau akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan. Arus penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu perusahaan digambarkan oleh Robert W. Johnson dalam bukunya financial Management.
 
Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagang maupun jasa bila di pertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber kas yang berasl dari operasi (laporan rugi-laba dasr tunai), tetapi pada umumnya perusahaan menyusun laporan rugi-laba dengan menggunakan dasr waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba harus di sesuaikan sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai (cash basis) 
 
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri tas anak-anak, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kuartalan sebanyak 200.000 unit selama tahun 2006. Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut :
Rencana Penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :
Kwartal I : 20.000 unit
Kwartal II : 60.000 unit
Kwartal III : 30.000 unit
Kwartal IV : 18.000 unit
Harga jual/unit : Rp. 1000
Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2005) adalah Rp. 3.100.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan sisanya 30% ditagih pada kwartal berikutnya.
Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 5.400.000 yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2006
PT Singga Buana
Anggaran Penjualan
31 Desember 2006

Kwartal
Keterangan I II III IV Tahun
Expektasi Penjualan 20000 60000 30000 18000 128000
Harga Jual per Unit 1000 1000 1000 1000 1000
Jumlah Penjualan 20000000 60000000 30000000 18000000 128000000

Skedul Ekspektasi Penagihan Kas
Piutang Usaha 3100000 3100000
Penjualan
Kuartal I (20jt x
70%, 30%) 14000000 6000000 20000000
Kuartal II (60jt x
70%, 30%) 42000000 18000000 60000000
Kuartal III (30jt x
70%, 30%) 21000000 9000000 30000000
Kuartal IV (18jt x
70%) 12600000 12600000

Jml Kas yg Ditagih 14000000 48000000 39000000 21600000 125700000

Selasa, 20 Maret 2012

Perbandingan laporan keuangan Serta Tekniknya


*MANFAAT PEMERIKSAAN YANG BERSIFAT EKONOMIS
Bagi orang-orang yang tidak memahami keadaan-keadaan diatas akan menganggap bahwa pemeriksaan laporan keuangan adalah tindakan yang tidak perlu. Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak mampu melihat manfaat lain atas pemeriksaan laporan keuangan, tetapi hanya memandang dari banyaknya uang yang hams dikeluarkan oleh perusahaan. Meskipun biaya pemeriksaan tinggi, banyak sekalí manfaat yang dapat dipetik oleh perusahaan seperti:
1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan Dengan adanya pemeriksaan mengakibatkan berkurangnya resiko kesalahan. Perusahaan besar yang sudah go-public dapat memperoleh ijin untuk masuk ke pasar modal, sedangkan bagi perusahaan kecil dapat meningkatkan kredibilitas atau semakin dipercaya oleh investor maupun kreditor.
2. Meningkatkan efisiensi dan kejujuran
Pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan, sehingga pengaruh manajemen di dalam penyusunan laporan keuangan berkurang. Misalnya, penggelapan aktiva atau penyalahgunaan aktiva semakin berkurang. Tindak lanjut dari masalah ini adalah semakin terbukanya lingkungan yang ada di perusahaan.
3. Meningkatkan efisiensi atas operasional perusahaan
4. Mendorong efisiensi pasar modal
Dalam memahami esensi atau pokok pemeriksaan laporan keuangan, hal pokok yang harus diketahui adalah pemisahan tanggungj awab antara manajemen dengan pemeriksa independen. Tanggung j awab yang utama antara manajemen dan auditor adalah sebagai berikut:
1. Manajemen bertanggung jawab atas pernbuatan dan isi laporan keuangan yang dimuat dalam pernyataan­pernyataan manajemen.
2. Pemeriksa independen bertanggung jawab untuk memberikan pendaat atas kewajaran laporan keuangan. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya manajemen diwajibkan untuk membuat struktur pengendalian internal yang mampu menjaga aktiva dan menjamin penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Kriteria yang hams dipatuhi oleh manajemen adalah prinsip akuntansi yang lazim, sedangkan auditor wajib mematuhi norma pemeriksaan akuntan. '


*Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan
Ada dua metode analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan yaitu analisa horizontal dan analisa vertikal. Analisa horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, seingga akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut juga metode analisa dinamis. Analisa vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisa vertikal ini disebut juga sebagai metode analisa yang stastis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1.   Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan:
¨    Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
¨    Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
¨    Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
¨    Perbandingan yang dinyatakan dalam prosentase.
¨    Prosentase dari total.
2.   Trend atau tendensi posisi dan kemajuan perusahaan yang dinyatakan dalam prosetase (trend percentase analysis), adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah meunjukkan tendensi tetap, naik bahkan turun.
3.   Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkn dengan jumlah penjualannya.
4.   Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5.   Analisa Sumber dan Penggunaan Kas, adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6.   Analisa Rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi  dari kedua laporan tersebut.
7.   Analisa Perubahan Laba Kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain perubahan laba kotor suatu periode dengan  laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8.   Analisa Break Even adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break even ini juga akan diketahui  berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
*PENYEBAB TERJADI KENAIKAN ATAU PENURUNAN RASIO
Perubahan keuangan dapat ditinjau dari komposisi neraca - jumlah aset dan kewajiban, dari laporan laba rugi – jika perusahaan terus menerus rugi, dan dari laporan arus kas – jika arus kas masuk lebih kecil dari arus kas keluar. Sedangkan teori resiko kredit yang dipaparkan dapat diartikan bahwa kegagalan berhubungan dengan struktur modal dan struktur modal berkaitan dengan kondisi ekonomi. Jika ekonomi buruk hutang akan meningkat karena tingkat bunga meningkat. Akhirnya perusahaan akan gagal.
Faktor ekonomi meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk. Faktor keuangan meliputi hutang yang terlalu banyak dan modal yang tidak memadai. Pentingnya faktor-faktor yang berbeda ini bervariasi dari waktu ke waktu, bergantung beberapa hal seperti keadaan ekonomi dan tingkat suku bunga.

Berdasarkan sumber datanya maka angka rasio dapat dibedakan antara :
a. Rasio - rasio neraca ( balance sheet ratios ) yang tergolong dalam katagori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca,misalnya current ratio, acid test ratio.
b. Rasio - rasio laporan laba rugi ( income statement ratios ) yaitu angka – angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan laba rugi, misalnya gross profit margin, net operating ratio, dsb.
c. Rasio - rasio anatar laporan ( interstatement ratios ) adalah semua angka rasio yang penyusunannya data berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang

Selain itu antara lain :
a. Data absolut atau jumlah dalam rupiah
 
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
 
c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase
 
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio
 
e. Prosentase dari total

sumber: http://blog.re.or.id/analisa-laporan-keuangan.htm

Pengertian, Syarat, keterbatasan, Pengaruh laporan keuangan


*Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi.
 Laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
*Tujuan & Syarat Laporan Keuangan
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan:
  1. Informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan perusahaan (termasuk bank) pada suatu saat tertentu.
  2. Informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
  3. Informasi keuangan yang dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai atau menginterpretasikan kondisi dan potensi perusahaan.
  4. Informasi penting lainnya yang relevan dengan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang bersangkutan.
Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila memenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini:
  • Relevan : Data yang diolah dan disajikan dalam laporan keuangan hanyalah data yang ada kaitannya dengan transaksi yang bersangkutan. Data yang tidak perlu diungkapkan dan tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan tidak perlu disajikan.
  • Jelas dan dapat dimengerti : Informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan harus ditampilkan dengan cara sedemikian rupa hingga jelas dapat dipahami dan dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan. Dengan demikian, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang relevan dari informasi yang dibaca.
  • Dapat diuji kebenarannya : Data dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat ditelusuri kepada bukti asalnya, baik dalam bentuk dokumen dasar, formulir berharga, maupun fisik aktiva bersangkutan. Semua data dan informasi yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan oleh manajemen perusahaan.
  • Netral : Laporan keuangan haruslah disajikan untuk dapat dipergunakan oleh semua pihak. Laporan keuangan tidak ditujukan untuk memenuhi pihak-pihak tertentu, sehingga harus dibuat lebih dari satu macam laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan informasi para pemakai. Laporan keuangan yang disajikan harus dibuat tidak bias atau harus netral sehingga semua pihak dapat mempergunakannya.
  • Tepat waktu : Laporan keuangan harus memiliki periode pelaporan, sehingga jelas batas pelaporan dari posisi harta, hutang, modal, pendapatan, dan biaya dari perusahaan yang akan dilaporkan. Waktu penyajiannya harus dinyatakan dengan jelas dan disajikan dalam batas waktu yang wajar, dalam arti tidak terlalu terlambat sehingga dapat digunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan yang sifatnya manajerial maupun teknikal.
  • Dapat diperbandingkan : Laporan keuangan yang disajikan harus dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya sebagai dasar untuk mengikuti perkembangan arah (trend) dari harta, hutang, modal, pendapatan, serta biaya. Dasar dari laporan yang dapat diperbandingkan adalah penerapan prinsip akuntansi secara konsisten.
  • Lengkap : Data yang disajikan dalam informasi akuntansi, baik dalam neraca, ikhtisar laba-rugi, maupun ikhtisar posisi keuangan, haruslah lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan. Keutuhan data akuntansi merupakan syarat mutlak bagi tercapainya azas relevan.

*Keterbatasan Laporan Keuangan
Keterbatasan laporan keuangan diantaranya adalah:
1. Bersifat histories, sehingga mungkin sudah tidak relevan lagi dengan keadan   sekarang.
2. Bersifat umum dan bukan untuk tiap-tiap pemakai
3. Didasarkan atas perkiraan kebutuhan pemakai.
4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uang dan perubahan nilai uang tidak tercermin dalam laporan keuangan
5. Memakai konsep konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian sehingga tidak terlepas dari pemakaian pertimbangan dan taksiran-taksiran.

*PENGARUH LAPORAN KEUANGAN TERHADAP PEMERIKSAAN AKUNTAN
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor tidak dapat terlepas dari data laporan keuangan. Data tersebut harus verifiabel. Data dikatakan veńfiabel bila dua atau lebih pemeriksa yang independen memperoleh hasil/pendapat yang tidak berbeda dalam pemeriksaan yang sama.
Dapat terujinya bukti berkaitan erat dengan tersedianya bukti dan validitas (keshohihan) bukti. Dalam beberapa hal bukti dapat teruji, jika mampu dibuktikan kebenaran di dalam penyajian atau yang digunakan untuk dasar penyusunan laporan keuangan klien. Akuntan pemeriksa menentukan dasar yang layak untuk menentukan pendapatnya atas laporan keuangan yang diaudit. Dalam melakukan pengujian akuntan pemeriksa harus menentukan jumlah bukti keshohihan dan keabsahan data akuntansi.